#
Selamat Datang di Perpustakaan Digital SMAN 1 Kandangan!
Tetralogi Pulau Buru - 02 Anak Semua Bangsa

Tetralogi Pulau Buru - 02 Anak Semua Bangsa

Beri Bintang Untuk Buku Ini

  • Info :

  • Pramoedya Ananta Toer

  • Novel

  • 413 Halaman

  • Tersedia 100 Item lagi

Pramoedya Ananta Toer membuat roman sejarah yang dikenal sebagai Tetralogi Pulau Buru. Tetralogi ini memiliki empat serial: Bumi Manusia (1980), Anak Semua Bangsa (1980), Jejak Langkah (1985), dan Rumah Kaca (1988). Tetralogi Pulau Buru diambil dari latar belakang terbentuknya negara Indonesia pada abad ke-20 yang menceritakan bagaimana sejarah Nusantara di masa lampau. Pram, sapaan akrab Pramoedya Ananta Toer, merupakan seorang sastrawan terbaik Indonesia. Karya-karyanya sudah dikenal hingga mendunia. Semua karyanya tidak terlepas dari sejarah Indonesia yang dibentuk menjadi sebuah rangkaian tulisan. Kelanjutan dari jilid pertama Bumi Manusia ini bercerita pertemuan Minke dengan seorang priyayi yang juga bersekolah di HBS Surabaya. Minke bertemu dengan Trunodongso, seorang petani yang menolak tanahnya disewakan secara paksa kepada perusahaan gula milik kolonial. Kejadian ini semakin meyakinkan dan menyadarkan rasa nasionalisme Minke. Selain itu, pada Anak Semua Bangsa, Minke dihadapkan dengan kenyataan bahwa Annelies meninggal dunia akibat sakit yang dideritanya. Hal ini membuat Minke dan keluarga semakin terpukul. Dengan menulis, Minke menyusuri wilayah lain selain tempat ia menetap di Wonokromo. Semakin banyak orang baru yang berkenalan dengan Minke, semakin membentuk karakter dalam penulisan tentang persoalan yang ada. Seiring kemajuan dunia modern, pribumi ditawarkan kebudayaan Eropa. Sehingga saat itu, pribumi terkesima akan perubahan yang terjadi akibat pengaruh Eropa. Minke mulai berkenalan dengan gerakan antikolonial di berbagai dunia. Minke menilai bahwa sikap pesimistis dan perasaan menerima saat diperbudak oleh bangsa Eropa adalah sebuah jeratan dalam budaya maju yang ditawarkan kepada kaum pribumi. Melalui tulisan, Minke meyakinkan bahwa ia bisa memberikan gambaran tentang apa yang terjadi pada bangsanya, seperti penindasan, hukum kolonial yang semena-mena, atau para birokrasi pemerintah pribumi yang rela diperbudak demi mendapatkan sebuah pangkat.

Pramoedya Ananta Toer membuat roman sejarah yang dikenal sebagai Tetralogi Pulau Buru. Tetralogi ini memiliki empat serial: Bumi Manusia (1980), Anak Semua Bangsa (1980), Jejak Langkah (1985), dan Rumah Kaca (1988). Tetralogi Pulau Buru diambil dari latar belakang terbentuknya negara Indonesia pada abad ke-20 yang menceritakan bagaimana sejarah Nusantara di masa lampau. Pram, sapaan akrab Pramoedya Ananta Toer, merupakan seorang sastrawan terbaik Indonesia. Karya-karyanya sudah dikenal hingga mendunia. Semua karyanya tidak terlepas dari sejarah Indonesia yang dibentuk menjadi sebuah rangkaian tulisan. Kelanjutan dari jilid pertama Bumi Manusia ini bercerita pertemuan Minke dengan seorang priyayi yang juga bersekolah di HBS Surabaya. Minke bertemu dengan Trunodongso, seorang petani yang menolak tanahnya disewakan secara paksa kepada perusahaan gula milik kolonial. Kejadian ini semakin meyakinkan dan menyadarkan rasa nasionalisme Minke. Selain itu, pada Anak Semua Bangsa, Minke dihadapkan dengan kenyataan bahwa Annelies meninggal dunia akibat sakit yang dideritanya. Hal ini membuat Minke dan keluarga semakin terpukul. Dengan menulis, Minke menyusuri wilayah lain selain tempat ia menetap di Wonokromo. Semakin banyak orang baru yang berkenalan dengan Minke, semakin membentuk karakter dalam penulisan tentang persoalan yang ada. Seiring kemajuan dunia modern, pribumi ditawarkan kebudayaan Eropa. Sehingga saat itu, pribumi terkesima akan perubahan yang terjadi akibat pengaruh Eropa. Minke mulai berkenalan dengan gerakan antikolonial di berbagai dunia. Minke menilai bahwa sikap pesimistis dan perasaan menerima saat diperbudak oleh bangsa Eropa adalah sebuah jeratan dalam budaya maju yang ditawarkan kepada kaum pribumi. Melalui tulisan, Minke meyakinkan bahwa ia bisa memberikan gambaran tentang apa yang terjadi pada bangsanya, seperti penindasan, hukum kolonial yang semena-mena, atau para birokrasi pemerintah pribumi yang rela diperbudak demi mendapatkan sebuah pangkat.

Write a review

Note: HTML is not translated!
    Bad           Good
<